ENTREPRENEURSHIP
CASE ANALISIS
A. Latar Belakang Masalah
Seringkali dari kebanyakan usaha bisnis jatuh dalam kurun lima tahun. Penyebab utama dari kegagalan bisnis tersebut adalah karena sistem keuangan yang kurang baik dan sistem manajemen yang buruk. Dalam ekonomi global, organisasi meninjau bahwa kepemimpinan eksekutif sebagai sebuah faktor kunci dalam menjaga sisi kompetitifnya. SDM yang profesional merupakan implikasi dari pengidentifikasian keahlian dan karakter.
Kapasitas untuk menemukan inovasi, memperkuat kerjasama jaringan dengan konsumen dan memproduksi generasi baru dari produk dan pelayanan pada sebuah langkah yang cepat akan menjadi penentu utama dari kesuksesan. Jenis lingkungan kompetitif ini memberikan banyak kesempatan bagi para eksekutif wirausaha di perusahaan kecil yang sedang berkembang.
Menurut psikolog dan konsultan manajemen Harry Levinson, pengusaha bekerja dengan intensitas pemikiran tunggal karena secara psikologis dipaksa untuk melakukannya.
Peneliti lain berpendapat bahwa dengan tanpa menghiraukan jenis kelamin, perusahaan seringkali menemui gangguan psikis yang serius. Penulis George Gilder menyatakan, ”Sungguh sulit menjadi pengusaha. Anda harus berkomitmen pada diri sendiri secara obsesif pada suatu proyek yang mungkin akan gagal dan Anda harus siap menanggung gratifikasi dan mengerjakan semua hal yang orang lain tidak ingin melakukan. Hal ini mungkin membuat beberapa pengusaha sulit untuk memperjuangkannya.
John J. Kao, profesor administrasi bisnis di Sekolah Bisnis Harvard, menggarisbawahi pentingnya aktualisasi diri. ”Model kewirausahaan ini diumpamakan sebagai sebuah hasrat untuk pertumbuhan perkembangan pribadi.”
Peneliti lain menegaskan tentang penggerak kreatif wirausaha. David McClelland, penulis teori kebutuhan pembelajaran, menemukan bahwa pengusaha, seperti artis, cenderung memacu dirinya secara kuat dalam pekerjaan. Mereka mempunyai kapasitas besar dalam ide dan perilaku yang kreatif dan inovatif. Mereka termotivasi oleh kebutuhan akan pencapaian, tantangan dan kesempatan.
Pengusaha sering menjadi anggota dari sebuah minoritas keagamaan atau ras yang telah mendirikan bagian inovasi mereka sendiri untuk hasil dan pengakuan. Hal ini bukan suatu kebetulan bahwa Liz Claiborne, perempuan pertama dari 500 CEO Fortune yang tidak mewarisi posisinya melalui hubungan keluarga, diberi gelar oleh majalah Working Woman ”the outside route to the top” dengan memulai perusahaannya sendiri.
Dalam waktu kita, sumber terbesar kewirausahaan yaitu politik, perang, dan hasil tempat berlindung kafilah internasional. Gilder menulis,
Hampir di setiap bangsa, banyak pengusaha yang terkenal adalah imigran. Imigrasi biasanya mengakibatkan pelanggaran ikatan nenek moyang dan kewajiban orang tua. Hubungan personal antara masa muda mereka dengan perubahan konfulsif, melempar kembali ke dalam maksud mereka sendiri untuk menciptakan sebuah eksistensi yang produktif..... imigran di manapun menderita rasa bersalah dari ketidakhubungan dengan rumah mereka dan keluarga dan bergabung dengan mudah dengan paksaan dari masa depan melawan tuntutan masa lalu.
Mungkin cerita sukses imigran adalah Jack Tramiel, pimpinan dari Atari Inc. (perusahaan komputer), yang datang ke Amerika setelah selamat dari ketakutan Auschwitch dalam Perang Dunia II. Kelahiran Traimel mengubah sebuah toko perbaikan mesin tik yang tua menjadi perusahaan komputer Commodore International. Majalah Forbes menilainya sebagai karakter yang ”abrasive and autocratic” (keras dan autokrat) ketika dia dipaksa keluar dari Commodore pada tahun 1984, Tramiel mendirikan kembali Atari menjadi sebuah kekuatan dalam industri komputer personal setelah ditinggalkan pemilik yang lama
Namun, untuk tiap imigran seperti Traimel, bersekolah di tempat yang bermasalah, ada sebuah kenyamanan, warga Amerika kelas-tengah, Steve Jobs (Apple) atau Sandra Kurtzig - yang dipaksa untuk menyadari sebuah visi atau sebuah ambisi. Jadi apakah ada, setelah semua itu, sebuah kepribadian yang tenang dari seorang wirausahawan? Banyak ahli yang telah melihat bukti yang tersedia dan tidak meyakini dengan jelas.
Tapi, kehidupan wirausahawan diamati berbeda, dan begitu juga penerimaan mereka. Joseph Schumpeter (salah satu dari pakar ekonom yang diakui dan menyanjung wirausahawan dalam masyarakat kapitalis) pernah menulis, ”melakukan dengan kepercayaan diri melampaui jangkauan peringatan dan untuk mengatasinya.... perlawanan memerlukan bakat yang hadir dalam hanya sebuah porsi kecil dari populasi.” dan ini sebuah fakta yang sederhana bahwa kebanyakan dari kita memilih kehidupan yang kurang hebat, kurang berbahaya, dan tidak terlalu diisi dengan ambisi yang besar.
Kewirausahawan adalah semacam ketulusan hati manusia dan usaha, begitu juga kebutuhannya, tujuan, dan motif yang melatarbelakanginya. Ini pengaruh paksaan dari pengangkatan politikus, korban dari diskriminasi, atau penindasan oleh saran asahan tiap hari yang para wirausaha, seperti artis atau intelektual, mencari kebebasan - dari ekspresi dan jiwa.
Tidak ada satupun penjelasan dari motivasi wirausaha (motivasi dari dalam), tidak sekhusus kumpulan yang ditemukan dalam teori motivasi akan membantu kita memahami kewirausahaan. Tapi cukup aman untuk memprediksi bahwa, apapun yang terjadi pada dekade berikutnya untuk ekonomi Rusia, Singapura, Ethiopia, Tanzania, Hungaria, dan Chili, motivasi penduduk mereka akan sangat penting. Sebagai contoh, setelah bertahun-tahun diawasi dan tidak bisa untuk mengekspresikan diri mereka sendiri secara bebas, akankah orang-orang dari blok timur melepaskan gelombang motivasi diri yang luar biasa? Adakah wirausaha yang muram dalam negara ini? Kita berpikir demikian, dan konten dari teori motivasi akan membantu kita memahami tindakan mereka.
B. Identifikasi Masalah
· Bagaimana sebuah konten teori bisa digunakan untuk memahami entitas bangsa yang mencoba untuk melancarkan praktek kewirausahaan?
· Bagaimana motivasi wirausaha berbeda dengan manajer di perusahaan besar?
· Bagaimana wirausahawan akan dapat untuk bersaing secara efektif dalam dekade depan?
C. Landasan Teori
TEORI TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 6 kategori yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, teori penetapan sasaran.
A. TEORI MOTIVASI ABRAHAM MASLOW (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
Aktualisasi diri |
Penghargaan |
Social |
Keamanan |
Faali |
ü Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
ü Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
ü Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
ü Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
ü Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
B. TEORI MOTIVASI HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
C. TEORI MOTIVASI DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
- karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
- Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
- Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
- Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
D. Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961)
ü Dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
ü Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
ü Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial)
ü Need for Power (dorongan untuk mengatur)
E. Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
D.Analisis dan Pembahasan
1. Bagaimana content theori digunakan untuk memahamai entitas suatu kesatuan yang mencoba untuk memperlancar praktek kewirausahaan ?
Mengacu pada artikel diatas menyatakan bahwa tidak ada satupun penjelasan dari motivasi wirausaha (motivasi dari dalam), tidak sekhusus kumpulan yang ditemukan dalam teori motivasi akan membantu kita memahami kewirausahaan. Tapi dalam hal ini akan menggunakan pendekatan Content theory untuk memahami tentang kewirausahaan.
Content theory menjelaskan tentang faktor spesifik yang memotivasi seseorang. Teori ini menjelaskan tentang mengapa seseorang melakukan suatu tindakan, bukan bagaimana orang itu melakukan tindakan.
Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan adalah motivasi. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Dalam kewirausahaan, content theory digunakan untuk menjelaskan mengapa orang tersebut bisa termotivasi untuk berwirausaha. Wikipedia menjelaskan wirausahawan (pengusaha) bahwa orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan.
Jadi bisa dikatakan bahwa ada suatu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Diantaranya ada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang timbul dari diri orang tersebut diantaranya ada achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb. Sedangkan faktor ekstrinsik berasal dari luar individum diantaranya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
Dalam Hierarki kebutuhan Maslow disampaikan bahwa seseorang akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya yakni fisiologis. Untuk memenuhi kebutuhan fisiologis seseorang harus bekerja, nah salah satu hal yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan berwira usaha
Pada dasarnya penerapan Teori ERG hampir sama dengan Teori Maslow. Hanya bedanya, dalam Teori ERG, jika kebutuhan seorang wirausaha yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka dia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
Mc Clelland dalam teori Needs’nya mengemukakan bahwa seseorang punya 3 hal penting yang menjadi kebutuhan, yaitu :
1. Motif berprestasi (the need for achievement) :mendorong individu berprestasi dengan patokan prestasi dirinya sendiri atau orang lain. Satu motif untuk berwirausaha yang penting.
2. Motif berafiliasi (the need for affiliation) :mendorong individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang mengandung kepercayaan afeksi dan empati.
3. Motif berkuasa (the need for power) :mendorong individu untuk menguasai dan memanipulasi orang lain.
Dalam berwirausaha, yang paling perlu dikembangkan adalah motif berprestasi . Persaingan yang ketat menuntut kemauan keras , serta kesanggupan berpacu dengan keunggulan . berwirausaha, berprestasi. keras, keunggulan. Motif berafiliasi juga perlu diperhatikan, karena wirausaha harus pandai meningkatkan kemampuan manajerial, menggerakkan orang lain dengan sebaik baiknya, yaitu yang dilandasi dengan hubungan antar sesama yang baik.
Ketika berwirausaha, agar kita bisa memperoleh hasil yang maksimal tentu harus punya semangat yang tinggi dalam bekerja. Oleh karena itu, motivasi yang kuat harus ditumbuhkan dalam diri kita. Selain memotivasi diri sendiri, kita juga harus memotivasi orang-orang disekitar kita yang bekerja sama dengan kita.
Bagaimana memotivasi diri sendiri & orang lain, diantaranya ada beberapa cara.
1. Dengan paksaan (by force) melalui perintah atau intruksi bersifat memaksa. Pada awalnya, subyek akan melakukan tugas lebih didasarkan pada rasa takut apabila menolak tugas tersebut. Dalam hal ini subyek diasumsikan adalah orang yang bertipe X, dia termasuk orang yang tidak menyukai pekerjaan sehingga harus dberi paksaan agar dia mau bekerja.
2. Dengan persuasi (persuasion) melalu cerita-cerita yang menarik, sehingga subyek terpikat dan atas kemauan sendiri meniru gambaran tentang keberhasilan orang lain. Dalam hal ini subyek diasumsikan bertipe Y, dia tergolong menyukai pekerjaan sehingga hanya dibutuhkan rangsangan saja.
3. Dengan stimulasi (stimulation) melalui gambaran dan petunjuk, sehingga subyek tertarik dan timbul inisiatif sendiri untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dalam hal ini subyek diasumsikan bertipe Y, dia tergolong menyukai pekerjaan sehingga hanya dibutuhkan rangsangan saja.
Aplikasi dalam kewirausahaan :
ü metode paksaan sangat tepat dilaksanakan oleh mentor/coach kepada orang yang ingin maju tetapi tidak menyadari potensi raksasa di dalam dirinya.
ü metode persuasi tepat untuk menumbuhkan motivasi wirausahawan yang belum banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang kewirausahaan.
ü metode stimulasi akan lebih baik, bila diterapkan pada subjek yang sudah memahami permasalahan kewirausahaan.
Dalam parakteknya terdapat beberapa hal yang menjadi pertanyaan. Apakah, seorang wirausahawan bisa sukses karena ia berbakat, ataukah dia bisa sukses karena usaha pembelajaran. Dengan kata lain, apakah wirausaha itu merupakan bakat alami ataukah bisa diciptakan. Sebagai contoh James P. Sloan, seorang pendiri General Motor yang sukses. Dia merupakan lulusan terbaik dari MIT yang notabene merupakan Universitas yang mencetak orang-orang terbaik dibidang tehnik. Jadi bisa dikatakan, dia punya bakat yang hebat dan ditunjang oleh fasilitas pembelajaran yang memadai. Lain halnya dengan Michael Dell, dia adalah mahasiswa yang tidak lulus dari bangku kuliah, tapi berkat keuletannya dia berhasil memimpin perusahaan Dell menjadi luar biasa seperti sekarang.
Tapi pada dasarnya proses pembelajaran kewirausahaan harus memperhatikan keseimbangan faktor bawaan (minat, motivasi, bakat) dan faktor lingkungan (masyarakat dan pendidikan). Keselarasan antara potensi bawaan dan lingkungan akan dapat membawa pencapaian tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan oleh siswa sendiri. Disini guru memegang peran sebagai fasilitator, innovator, motivator bagi belajar siswa, maka proses belajar individual menjadi sangat penting dengan memilih metode pembelajaran yang mengarah pada penemuan kemampuan dan keterampilan sesuai dengan keinginan, minat, motivasi, dan bakat siswa. Dapat disimpulkan, bahwa jiwa wirausaha bisa terasah menjadi baik apabila bakat yang ada dalam diri diintegrasikan dengan proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya lewat bangku akademis, melainkan dari pengalaman di dunia nyata lebih memberikan kesan dan hasil yang lebih terasa.
2. Bagaimana motivasi wirausaha berbeda dengan manajer di perusahaan besar?
Menurut psikolog dan konsultan manajemen Harry Levinson (presiden direktur Institut Levinson di Belmont, Massachusetts), pengusaha bekerja dengan intensitas pemikiran tunggal karena secara psikologis mereka dipaksa untuk melakukan hal tersebut. Wirausaha membutuhkan motivasi yang dapat mendorong untuk menciptakan hal yang baru dan berbeda, membutuhkan stimulus agar dapat memunculkan ide-ide cemerlang dan mengasah kreatifitas.
Peneliti lain berpendapat bahwa dengan tanpa menghiraukan jenis kelamin, perusahaan seringkali menemui gangguan psikis yang serius. Penulis George Gilder menyatakan, ”Sungguh sulit menjadi pengusaha. Anda harus berkomitmen pada diri sendiri secara obsesif pada suatu proyek yang mungkin akan gagal dan Anda harus siap menanggung gratifikasi dan mengerjakan semua hal yang orang lain tidak ingin melakukan. Hal ini mungkin membuat beberapa pengusaha sulit untuk memperjuangkannya. John H. Paterson, menjelaskan lebih awal sebagai presiden direktur NCR yang berpandangan modern, juga telah diketahui bahwa pemecatan personel manajemen dengan alasan apapun dan berkata untuk dilatih dan dipecat setidaknya 1/6 dari eksekutif top nasional dari tahun 1910 hingga 1930. Kecenderungan ini merupakan bagian dari keuntungan wirausaha, bagaimanapun, sebagai satu dari batasannya manajer diarahkan untuk mendirikan sebuah perusahaan yang lebih besar daripada Patterson dan benar melakukannya. Dialah Thomas J. Watson, sang pendiri IBM.
Kewirausahaan sebagai sebuah hasrat untuk pertumbuhan perkembangan pribadi,” dan “Semua hal yang dinyatakan di atas merupakan sebuah hasrat untuk menciptakan sesuatu, baik produk baru maupun dalam proses produksinya, organisasi atau cara baru dalam pelaksanaan bisnis. menemukan bahwa pengusaha, seperti artis, cenderung memacu dirinya secara kuat dalam pekerjaan. Mereka mempunyai kapasitas besar dalam ide dan perilaku yang kreatif dan inovatif. Mereka yaitu seorang wirausaha termotivasi oleh kebutuhan akan pencapaian, tantangan dan kesempatan.
Joseph Schumpeter pernah berkata bahwa melakukan dengan kepercayaan diri melampaui jangkauan peringatan dan untuk mengatasinya.... perlawanan memerlukan bakat yang hadir dalam hanya sebuah porsi kecil dari populasi dan ini sebuah fakta yang sederhana bahwa kebanyakan dari kita memilih kehidupan yang kurang hebat, kurang berbahaya, dan tidak terlalu diisi dengan ambisi yang besar.
Kewirausahawan adalah semacam ketulusan hati manusia dan usaha, begitu juga kebutuhannya, tujuan, dan motif yang melatarbelakanginya. Ini pengaruh paksaan dari pengangkatan politikus, korban dari diskriminasi, atau penindasan oleh saran asahan tiap hari yang para wirausaha, seperti artis atau intelektual, mencari kebebasan-dari ekspresi dan jiwa.
Selain hal diatas, seorang wirausaha berarti orang tersebut bertanggung jawab secara menyeluruh atas segala tindakan dan berandil besar jika memiliki keuntungan yang besar pula. Jika ia gagal dalam bekerja, tidak hanya kerugian yang diperoleh, terlepas dari itu bisnisnya pun yang notabene merupakan modal dari diri sendiri bisa bangkrut. Hal itulah yang mungkin memotivasi secara besar terhadap seorang wirausaha karena ia tidak hanya memegang hidup mati pekerjaannya tetapi juga perusahaannya.
Di sisi lain, manajer yang bekerja di perusahaan yang besar ruang lingkup tanggung jawabnya hanya sebatas jabatan yang dia punyai, sehingga dia memiliki wewenang yang terbatas juga. Wewenang yang terbatas membuat dirinya hanya bekerja dan berfkir pada hal-hal yang terbatas pula. Hal ini mengakibatkan, jika dia mengalami kesuksesan kemungkinan besar penghargaan yang diberikan mayoritas hanya dia rasakan sendiri. Dan jika dia mengalami kegagalan, hanya berdampak pada lingkup tertentu saja. Jadi dilihat dari sisi resiko, sangatlah besar bagi seorang wirausaha, dan itulah pemicu mengapa motivasi seorang wirausaha berbeda dengan manajer perusahaan besar..
3. Bagaimana wirausahawan dapat bersaing secara efektif dalam dekade depan.
Bagaimana wirausaha dapat bersaing ssecara efektif dalam dekade depan merupakan tantangan bagi wirausawan, mengingat era globalisasi yang terus meningkat dan persaingan yang terus menguat baik dalam rangka mencari kerja atau membuat lapangan pekerjaan. Diatas telah dijelaskan bahwa kewirausahawan adalah semacam ketulusan hati manusia dan usaha, begitu juga kebutuhannya, tujuan, dan motif yang melatarbelakanginya. Jadi, seorang wirausaha harus benar-benar menjalani usahanya tersebut dengan ketulusan hati dilengkapi dengan kerja keras dan memiliki tujuan yang jelas serta alternatif dan cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang wirausaha harus memiliki mental yang kuat dan tahan banting atas segala kejadian yang menimpa usahanya.
Kemudian Seperti yang diungkapkan diatas juga bahwa dua penyebab utama dari kegagalan bisnis adalah karena sistem keuangan yang kurang baik dan sistem manajemen yang buruk.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin lama semakin meningkat maka hal pertama dalam membuat bisnis yang perlu diperhatikan ialah menguatkan sisi internal perusahaan yaitu dengan pandai-pandai mengatur sistem keuangan dan menyiasati agar sistem manajemen perusahaaan berjalan dengan baik.
Selain itu, Pertumbuhan yang terus meningkat mengisyaratkan bahwa kompetisi di tahun selanjutnya akan didasarkan pada waktu dan fleksibilitas. Kapasitas untuk menemukan inovasi, memperkuat kerjasama jaringan dengan konsumen dan memproduksi generasi baru dari produk dan pelayanan pada sebuah langkah yang cepat akan menjadi penentu utama dari kesuksesan.
Alejandrino berkata setidaknya ada empat paradigma yang dapat membuat seorang wirausaha menjadi sukses atau superior di tingkat persaingan usaha yang semakin ketat.
ü Pertama, seorang wirausaha harus mampu memprediksi kemungkinan dimasa mendatang. Sebab, entrepreneur itu harus sarat ide-ide, seolah hanya melihat peluang dan kepuasan pelanggan. Sedangkan eksekutif, adalah seorang yang senantiasa menyelesaikan masalah yang timbul di perusahaan.
ü Paradigma kedua, fleksibilitas dari sang wirausaha. Seorang entrepreneur harus bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja maupun lingkungan usaha. Nah, hal ini diyakini akan membawa perusahaan untuk terus bisa bertahan.
ü Paradigma keempat adalah kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada sebelumnya. Inovasi yang kita buat dalam beberapa masa ke depan akan selalu tertinggal. Kemampuan memperbaharui produk dan aturan main inilah yang dapat membuat seorang wirausaha menjadi superior.
Kenyataan lain mengungkap bahwa kewirausahaan seorang entrepreneur saja ternyata belum cukup. Sebab, tentu ada keterbatasan-keterbasatan sang wirausaha itu sendiri dalam menjalankan roda usahanya. Itu sebabnya seorang wirausaha tidak boleh pelit dalam menularkan (mentransformasikan) ilmu entrepreneurshipnya kepada individu-individu di setiap lini perusahaannya. Nah, ini yang disebut dengan intrapreneurship atau intrausaha. Sebab, pada dasarnya, intrapreneurship adalah jiwa wirausaha yang juga merupakan hal mutlak yang harus dibangkitkan pada individu-individu dalam suatu perusahaan.
Konon, intrapreneurship belakangan makin berkembang saat perusahaan pusing tujuh keliling memikirkan pesaing-pesaing barunya yang memiliki sumber daya manusia dengan tingkat entrepreneurship amat tinggi. “Timbulnya fenomena ‘baru’ seperti ini, pada akhirnya memaksa perusahaan untuk mentransformasikan jiwa wirausahanya kepada individu-individu di organisasinya,” kata pakar pemasaran dari Universitas Indonesia D. Rhenald Kasali. Kedepan, lanjutnya, kombinasi antara entrepreneurship dan intrapreneurship inilah yang akan menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan secara optimal.
Jadi, ketika manajemen dianggap mati dan digantikan kewirausaha, bukan berarti manajemen tak diperlukan sama sekali. Manajemen tetap perlu, dan sebagai jawabannya ada pada intrausaha. Jadi, intrausaha merupakan kombinasi antara wirausaha dengan manajemen, karena jiwa entrepreneur juga tumbuh dari sebuah organisasi yang dijalankan dengan mengadopsi manajemen sebagai sarana mentransformasikannya. Memang, seperti kata Rhenald, entrepreneurship wajib dimiliki setiap pemimpin (leader) masa kini. Namun entrepreneurship dapat diciptakan, bukan hanya dilahirkan. Karena itu, entrepreneur adalah seorang individu yang terorganisasi dengan baik, bukan acak-acakan dan tak terstruktur.
by Farah M, Ichsan W, Ika Yusnita, & Intan Dwi P